Senin, 14 Januari 2013

soal bangunin temen

tadi ada yg ngomong "urusan ibadah itu urusannya sama Allah, tapi sebagai manusia harus saling mengingatkan". hmm.. jadi kepikiran 'kelakuan' temen satu asrama dulu yg gak mau bangunin temennya buat shalat subuh. jadi gini, dulu waktu kuliah itu tinggalnya di asrama dan tiap subuh kita disuruh jamaah. nah, ada temen yang gak mau bangunin temen yg lain. alesannya: "itu mah urusan dia sendiri. harusnya dia bangun sendiri. kalo dia gak bangun karena denger adzan subuh/ sebelum waktu subuh habis trus dia akhirnya qodho, masalah dia sendiri". kalo inget omongan ini, kesel banget rasanya. kita manusia, tinggal bareng tapi kok gitu. kalo gak salah itu sebutannya selfish. ah, udahlah. kayaknya juga orangnya udah gak kaya gitu lagi kok. semoga gak ada lagi yaa.. tapi kalo dipikir, argumen saya (waktu itu) memang bertentangan, banget malah. lah wong kita bareng2, -istilahnya- masa' mau masuk surga sendirian doang. ya gak? argumennya ya hampir sama kaya kutipan omongan diatas itu. urusan ibadah emang urusan pribadi masing2 sama Allah, tapi sebagai manusia yg juga makhluk sosial seyogyanya kita ngingetin dong kalo ada yang blom shalat atau ibadah lainnya (sedangkan waktunya hampir habis). itu juga (menurut saya) bisa dikatakan ibadah, ibadah sosial. satu lagi, saya sih mikir gini, bisa jadi orang yang gak ngingetin temennya buat beribadah (sedangkan waktunya mau habis) bisa jadi dia malah kena dosa. lah wong, dia juga tau kok aturannya kalo ibadah itu jangan sampe telat/ lewat waktunya. udahlah, semoga kita tetep saling mengingatkan kalo ada yg belom shalat/ ibadah lain. ini cuma sebagai bahan bagi saya sendiri (dan orang lain juga ). mari saling peduli, mari saling mengingatkan :)
[update]
ini kebetulan nemu tulisan dari temen soal dalil yg lebih jelasnya,
sumber: https://www.facebook.com/elfadaniy/posts/550467148298452
Hukum Membangunkan Orang Untuk Melaksanakan Shalat.^_^

Ada yang bilang kalau terlalu berfikir "Fikih Oriented" tidak bagus juga, karena semua hal akan di-fikih-kan, sedangkan tidak semua persoalan itu bisa dibaca dengan pendekatan fikih. Tapi benarkah ungkapan tersebut.?? Silahkan jawab sendiri..^_^. Namun yang jelas persoalan membangunkan orang yang tidur di waktu telah masuknya waktu shalat ternyata juga diatur oleh fikih klasik. 

Saya tidak tahu apakah itu karena keuniversalitasan fikih itu sendiri ataukah itu hanya akal-akalan ulama dahulu yang terlalu berpandangan "fikih oriented" sehingga memandang semua persoalan ada hukum fikihnya serta taktik mereka untuk "mempertebal" kitab-kitab mereka dengan ungkapan "jikalau", "seandainya" dll itu. Namun saya lebih cendrung kepada pendapat yang pertama selama dalil dan istidlal dari mereka memang ada dan benar adanya, tapi entahlah dengan anda.

Dalam beberapa kitab Syafiiyyah (seperti Majmu' Syarah Muhadzdzab, Asybah wa al-Nadzair, I'anah al-Thalibin, Kasyifah al-Saja Syarah Safinah al-Naja dan lain-lain) dijelaskan ada beberapa hukum berkenaan dengan membangunkan orang yang tidur supaya ia melaksanakan shalat, di antaranya :

1. Sunnah, apabila orang yang tidur itu diketahui bukanlah orang yang sengaja tidur untuk melalaikan shalat sementara itu waktu shalat sudah hampir habis atau memang dia tidak tahu dengan keadaan dirinya manakala tertidur.

2. Wajib, apabila orang yang tertidur itu memang sengaja tidur (muta'addin) pada waktu masuknya waktu shalat dan dia tahu bahwa dirinya akan sulit bangun manakala sudah tertidur.

Kemudian dihukumi sunnah juga membangunkan orang yang tertidur didepan orang-orang yang tengah melaksanakan shalat (di mesjid), atau yang bersangkutan tidur di shaf yang pertama, atau ia tidur ditempat terbuka. 

Sunnah juga membangunkan orang yang tidur setelah terbit fajar dan sebelum terbitnya matahari sekalipun ia telah melaksanakan shalat Subuh, begitu juga orang yang tidur setelah shalat Ashar, atau mereka yang tidur sendirian di tempat yang tidak akan ada yang membangunkan. Karena tidur-tidur yang telah disebutkan makruh hukumnya.

Sunnah juga membangunkan perempuan yang tidur telentang, laki atau perempuan yang tidur nelungkup, serta membangunkan orang untuk melaksanakan shalat malam atau untuk melaksanakan puasa (sahur).

Note : Mohon maaf kalau ada yang keliru dan silahkan dikritik kalau memang ada.!^_^. Sebuah otokritik akibat kegelisahan melihat diri ini dan sebagian teman-teman yang tidur pada saat waktu shalat masuk. Colek Muhammad Idris Mesut, Muhammad Al-Faiz, 'Ashfi Raihan, Moh. Hidayat, Moh Afif Sholeh, Mufti Arifin, Muhammad Nabiel, Muhammad Ali Wafa, Den's Tau Hid, Uda Zami.

Tidak ada komentar: