Senin, 17 Juni 2013

Enjoy UAS

agak kesel juga sama kicauan UIC (uincommunity) di twitter yang dari kemaren nyinyir terus soal minggu tenang yang (seolah) benar-benar menjadi minggu tegang karena banyak kuliah tambahan ataupun tugas di minggu menjelang uas tersebut. memang ada sebagian dosen yang 'memanfaatkan' minggu ini sebagai waktu untuk perkuliahan tambahan ataupun memeberi tugas kepada mahasiswa karena mengejar syarat jumlah pertemuan minimal untuk uas. tapi itu tidak semua. tapi hal ini jadi bahan 'cercaan' dan generalisir bahwa minggu tenang tak sepenuhnya tenang.menurut peraturan, suatu mata kuliah dinyatakan bisa mengadakan ujian akhir semester jika sudah memenuhi minimal 12 pertemuan. jika belum, maka diharapkan kepada dosen pengampu untuk menggenapkannya sebelum jadwal uas sehingga uas bisa dilaksanakan secara serempak. sejatinya, jika memang sang dosen selalu/ rajin masuk kelas untuk mengajar dalam satu semester, maka ia akan memenuhi 12 pertemuan sebelum memasuki minggu tenang (sekitar 1-2 minggu). dan tentunya pertemuan setelah yang ke-12 itu tidaklah wajib karena persyaratan untuk mengadakan uas sudah terpenuhi. jika memang ada pertemuan tersebut, itu mungkin sekedar tambahan, pengayaan ataupun materi lain yang dikehendaki dosen dan disepakati oleh mahasiswanya. adapun dosen yang sibuk sehingga pertemuannya kurang dari 12 sedangkan waktu sudah mendekati minggu tenang/ menjelang uas, maka dia harus membuat pertemuannya menjadi minimal 12 kali dengan pengganti berupa kuliah tambahan ataupun tugas. hal ini memang banyak terjadi, tapi TIDAK SEMUA. jadi kurang benar jika menggeneralisir minggu tenang sudah pasti ada kuliah alias menjadi minggu tegang.saya tekankan sekali lagi, jika memang sudah memenuhi 12 pertemuan, tidaklah wajib pertemuan tambahan itu diadakan. mahasiswa pun mempunyai hak untuk tidak menyetujuinya. tentang persetujuan dari mahasiswa, ini merupakan poin yang cukup penting. perlu diingat bahwa di awal pertemuan semua mata kuliah, dosen dan mahasiswa harus menyetujui apa yang disebut kontrak kuliah. kontrak kuliah merupakan semacam perjanjian dua pihak antara mahasiswa dan dosen menyangkut segala hal tentang perkuliahan yang akan dijalani satu semester ke depan. hal-hal yang ada di dalam kontrak kuliah diantaranya adalah presentase pemberian nilai, tata tertib dan metode perkuliahan, termasuk juga (jika ada) silabus perkuliahan tersebut yakni materi apa saja yang akan dipelajari. dalam kontrak kuliah ini juga seharusnya ada kesepatan tentang bagaimana perkuliahan akan berjalan, menggunakan metode ceramah, diskusi, ataupun  membuat sebuah project/ kegiatan yang berkaitan dengan materi perkuliahan. ada juga kegiatan-kegiatan lain yang juga akan dilakukan untuk menunjang materi, seperti kunjungan ilmiah, field trip dan lain sebagainya.kembali kepada permasalahan penyebutan minggu tenang sebagai minggu tegang, ketika kita banyak disuguhkan dengan pernyataan (seperti lewat kicauan UIC dan lainnya)
bahwa minggu tenang itu cenderung menegangkan dan uas itu sangat menegangkan, maka tertanam dalam pikiran sugesti buruk tersebut. akhirnya mereka yang terpengaruh selalu memiliki stigma negatif tersebut di dalam pikirannya. akibatnya secara psikologis mereka cenderung takut untuk menghadapi uas. dan lebih buruk lagi, uas menjadi ditakuti sehingga nilainya pun kurang bagus. efek dominonya sangat buruk bukan? poin penting dari kasus ini adalah kekuatan pikiran si mahasiswa. jika dari awal muncul pembenaran dari dirinya tentang uas itu menegangkan, lalu tertanam dalam pikiran bahwa semua itu menegangkan, sehingga berdampak pada semangat belajar dan mengerjakan uas, di akhir, nilai jelek yang didapat. tapi jika dari awal mahasiswa tidak menyikapinya sebagai sesuatu yang serius dan dimasukkan ke dalam pikiran, tapi sebaliknya, ia menganggap bahwa itu hanyalah gurauan serta diapun tetap pada semangat belajarnya yang tinggi, maka kekuatan pikiran yang ada akan membawanya kepada ketenangan dalam menghadapi ujian akhir ini. hasil yang didapat pun bisa memuaskan hatinya.satu saran dari saya, hendaknya di waktu menjelang uas ini akun socmed seperti UIC ini jangan terlalu banyak berkicau yang menimbulkan pemikiran yang tidak baik, apalagi ini menyangkut ujian akhir semester. memang mungkin niatan (awalnya) kicauan ini adalah candaan dan tiak usah dianggap serius. tapi dengan fakta bahwa kicauan mereka diikuti banyak mahasiswa, maka dampak kurang baik yang akan muncul juga tersebar luas. malah lebih baik jika mereka berkicau dengan isi yang mengarah kepada motivasi para mahasiswa sehingga mereka bisa lebih optimis menghadapi ujian akhir semester mereka dan kelak nilai mereka akan lebih memuaskan. tentunya UIC lebih memilih untuk menebar kebaikan daripada sebaliknya kan?terakhir saya ingin menceritakan satu kisah yang berkaitan dengan kekuatan pikiran pikiran seseorang. kurang lebih ceritanya seperti inidikisahkan suatu ketika Nasruddin Hoja sang cendekia yang jenaka didatangi seorang lelaki yang ingin curhat kepadanya. sang lelaki menceritakan keluhan tentang rumahnya yang ia tinggali bersama dengan keluarganya terasa begitu sempit. dengan rumah berisi ia, istri, anak dan berbagai perabotan yang ada, ia merasa sangat sesak tinggal di dalamnya. Nasruddin mendengarkan dan kemudian memberikan saran: "apakah kamu mempunyai kambing gembalaan?" sang lelaki menjawab "iya". Nasruddin melanjutkan "untuk beberapa hari ke depan, bawalah serta gembalaanmu di dalam rumah". sang lelaki menurutinya.beberapa hari kemudian, si lelaki tersebut datang kembali kepada Nasruddin, ia kembali mengeluhkan sempitnya rumah yang ia tiggali. ditambah lagi dengan kambing yang ada di dalam rumah. Nasruddin memberikan saran lagi dengan bertanya sebelumnya "kau punya peliharaan lain, unggas misalnya?" lelaki mengiyakan. Nasruddin kemudian menyarankan hal serupa seperti sebelumnya, untuk membawa serta peliharan milik sang lelaki di dalam rumah.beberapa hari kemudian, kembali sang lelaki mendatangi Nasruddin dengan keluhan yang sama. Nasruddin, seperti sebelumnya memberikan saran yang sama yang diikuti oleh sang lelaki. sampai kemudian di akhir sang lelaki kembali dengan keluhan makin sempitnya rumah yang didiaminya dengan berbagai tambahan binatang di dalamnya. lalu Nasruddin menyuruh sang lelaki untuk mengeluarkan gembalaan yang terakhir dimasukan untuk dikeluarkan, dan menyuruhnya merasakan bagaimana perubahannya. selang beberapa hari, sang lelaki melaporkan bahwa ia merasa rumahnya sedikit lega. saran yang sama diperintahkan Nasruddin kepada lelaki untuk mengeluarkan binatang-binatang yang sebelumnya sudah dimasukkan rumah sampai akhirnya binatang-binatang tersebut kembali di luar rumah seperti sedia kala. di akhir, sang lelaki benar-benar merasakan bahwa rumahnya tidak sesak lagi. padahal kondisi akhir ini sama dengan kondisi awal rumahnya yang dulu ia keluhkan.Pesan yang disampaikan Nasruddin kepada sang lelaki dan juga bisa kita tarik pelajarannya adalah bahwa engkau tergantung apa yang  kau pikirkan. jika engkau berpikir bahwa rumahmu sempit dengan apa yang ada, maka itulah yang engkau rasakan. sebaliknya, jika engkau tetap menerima dan berpikir bahwa rumahmu memang cukup lengang/ lega walaupun dengan berbagai benda yang ada di dalam rumah, maka perasaan lega itulah yang engkau rasakan.jadi, intinya adalah kekuatan pikiran. mari tetap berpikiran baik, berprasangka baik, agar apa yang kita rasakan dan lakukan bisa menghasilkan yang baik pula.Wallahu A'lam 

Tidak ada komentar: