Senin, 30 Mei 2011

sajak rindu

bisakah rindu tak dianggap semu, berkabut semua yang kelabu.. bisakah ia menjadi tamu yang tak segan tapi malu-malu
_

biarkan ia untuk berpijar, serupa akar yang tak berpagar, bertatahkan harapan seluas angkasa luar
_

kenapa rindu hanya merundung hati, bisakah meradang di belikat atau ujung jari? menggema di seluruh jasmani
_

bila batu dapat melafal, mungkinkah rindunya bisa menggumpal, serasa hari yang riuh berjejal, mengejar senja yang tiada kekal
_

antarlah udara untuk menjejak, beranjak, sejenak, menjumput rindu yang terserak, agar tak banyak terinjak
_

sejak kapan rindu tak berobat, mungkin hanya sekelebat, sejajar kilatan fajar dalam pagi yang terbebat. kekar bagai akar melibat
_

bisa-bisanya semua tertampar asmara, membuncah sejengkal bisik suara, merindu melagu menginjak pusara, meracau menantang kilau mutiara
_

padahal hijau dedaunan, tak menyangkal perintah Tuhan, memuji, merajuk, mengharap ampunan, tiada harap akan siksaan
_

maaf jika karena rinduku engkau tersinggung, biarlah diri tak mengaku bersenandung, padahal ada cinta yang tak terhitung
_

jingga, jika kau tanya rinduku berwarna apa. seperti tak ada yang terbaca, layaknya cinta, yang tak terjemah dengan tinta seluas samudera
_

asa bisa terlukis tanpa sia-sia, menyesap intuisi tak berjelaga, diiring sebongkah tenaga, disisipi berhelai-helai doa
_

engkau tau ingatan tak seperti ikatan, tak bergeming walau waktu menelan, tak beranjak dari otak meski dunia tak lagi disiram derai hujan
_

ah, sudahi saja rindu berbisik, tanpa rajukan tanpa telisik, mengambil waktu barang sedetik, tergulung langit malam nan kian cantik
_

sejak senja itu terbaca, asing sudah rinduku pada cinta credit: @tyarpha
_


http://j.mp/k9zO2n

Tidak ada komentar: